Bunyi alarm handphone
menggemuruhkan ruangan kamar kos Titi, layar handphone nya menunjukkan jam 4 subuh, bergegas Titi
mematikan bunyi alarm itu dan mengucek ngucek kedua matanya. Dia terburu buru
bangun karena dia ingat dia punya kuota malam internet yang belum terpakai, dia
akan memakainya untuk membuka akun facebook miliknya. Eittss, terlihat jadul
sih nama facebook buat sekarang ini, tapi gak lain tujuan Titi membuka facebook
adalah buat menjual barang-barang kosnya.
Dia akan segera meninggalkan kosannya tersebut buat kembali ke kampung
halamannya.
Ya
Titi namanya, seorang mahasiswi yang sudah menyelesaikan masa studinya di
sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Kota Jogja. Dia bisa dibilang jomblo abadi,
karna sudah ribuan kali cowok yang mau deketin dia tapi Titi tipe cewek yang
pemilih, yang dia mau itu cowok tajir, bermobil minimal Pajero, ganteng, kece,
putih, tinggi, dan satu lagi, yang pasti Sholeh. Ya bayangin aja, mana
ada cowok sesempurna itu, mungkin memang ada sih di negeri dongeng. Tapi semoga
dia cepat bangun dari mimpinya.
“Tuing
Tuing” bunyi pemberitahuan dari akun facebook Titi, puluhan orang mengomentari
postingannya dan tidak sedikit juga yang meneleponnnya untuk menanyakan barang
kos Titi. “ iya mas, kos saya di daerah Simanjuntak” jawab Titi pada si
penelepon. Tidak lebih dari 2 jam sudah banyak yang mengambil barang kos Titi,
tersisa galon dan lemari yang belum terjual. Seseorang mengirimkan pesan
padanya
“ Mbak, Galonnya masih ada?”
“Masih ada mas, tapi tadi sudah di keep orang,
ini tinggal lemari aja”
“Oh iya mbak, saya ambil
lemarinya ya, jangan dijual sama yang lain ya mbak, nanti saya pulang kerja
saya ambil, mungkin agak sorean mbak saya kekosan mbak ambil lemarinya”
“ok mas”
Percakapan mereka berakhir sampai
disitu, Titi menunggunya hingga malam, dia sudah mulai malas malasan menunggu
pembeli itu, dia yakin kalau cowok itu cuma PHP mau membeli lemarinya.
“Mbak
saya didepan kosan mbak”, dengan segera Titi membuka gerbang kosan dan
mempersilahkan si cowok itu masuk untuk melihat lemari, dan ternyata dia deal
dan diambilnya lemari itu. Mereka sedikit mengobrol basa basi, “Berarti mbak
sekarang udah gak ada kegiatan sebelum pulang kampung? boleh aku ajak jalan
berarti”. Titi mengerutkan kening berpikir ini bukan tipenya banget. Dia gak
suka dirayu apalagi baru pertama kenal. Dia hanya diam dan tersenyum. Cowok
itupun meninggalkan kosan dengan membawa lemari. Setiap hari cowok itu
menghubungi Titi entah itu sekedar menyapa lewat chat maupun telepon. Entah
angin apa yang menghempas di pikirannya sehingga mau meladeni cowok itu. “ Gue
jangan sampe mau diajak ketemu sama ini cowok, keliatan mukanya suka modusin
cewek dimana mana” gerutu nya pelan.
“Met pagi Titi”
“iyaa”
“lagi apa? nanti siang jalan
yuk?”
“liat nanti ya, aku kabarin”
“ok, aku tunggu kamu”
Titi
dan cowok itu berhenti di sebuah cafe, mereka memesan minuman dan mengobrol.
Mereka membahas hal-hal yang tidak penting. Ya namanya juga baru pertama
ketemu. setelah bosan di cafe tersebut, mereka akhirnya pergi ke suatu tempat,
tapi sebelum berangkat tiba-tiba “hahahaha, ternyata kamu bawa bekal sisir ya?”
Titi tertawa menahan geli karna baru pertama liat cowok bawa sisir. “hehe iya
eh ketauan” jawab Niko (O iya nama cowok itu Niko, seorang mahasiswa jurusan Hukum
asal Bandung). Sejak kejadian itu mereka mulai sering becanda, sering terlontar
guyonan yang membuat mereka semakin akrab. Niko membawa Titi ke sebuah bukit,
mereka menghabiskan waktu dengan menunggu sunset. Titi merasakan kedamaian saat
senja datang. Selama perjalanan pulang dia berpikir apakah dia akan bertemu
cowok itu lagi, dan dia berharap tidak akan bertemu lagi karna dia tidak ingin
jatuh hati dengannya. Saat sudah sampai di kamarnya, dia bergegas siap siap
untuk pergi tidur.
Titi
bukannya tidak mau mencoba membuka hati, tetapi dia punya pengalaman pahit
semasa dia sekolah. Dia pernah hampir diperkosa oleh kakak kelasnya, Titi
sangat akrab dengannya, tetapi dia dijebak saat hendak pergi ke kebun belakang
sekolah sepulang dia sekolah. Mengingat kenangan pahit semasa sekolah itu, Titi
merasa takut untuk menjalin hubungan, itulah kenapa Titi membuat kriteria cowok
terlalu tinggi dan perfeksionis. Dia hanya menunda nunda agar dia bisa
menemukan orang yang benar benar tulus mencintainya dan bisa menjaga
kepercayaannya karna trauma yang dialaminya begitu mendalam.
“Kriiing
kriiinggg, kriiing kriiingg” bunyi telepon dari Niko “halo, iya Nik. ada
apa?””nanti kamu sibuk gak?” “duh aku gatau nanti, aku sore banyak jadwal
sebenernya” “yauda nanti aku makan siang di deket kosanmu, kamu harus ikut
pokoknya” “hah?? iya deh”
“ aku didepan, gausa dandan
terlalu cantik. Cuma makan di warteg kok haha” isi chat dari Niko
“okay bos”
Titi
mengajak Niko ke tempat makan yang lumayan sejuk udaranya. “Kamu kok makan
siang jauh amat nyampe kosanku?” tanya Titi heran, “ya iyalah, makan itu modus,
biar bisa ketemu kamu. kan kamu bilang sore ada acara, jadi sebelum kamu pergi
aku harus ketemu kamu dulu” jelas Niko. “hehe iya deh, modusmu berhasil. by the
way kamu suka gak tempatnya kita makan disini? sejuk kan gak panas?” tanya
Titi, “ iya kamu pas banget ajak aku kesini, aku suka tempatnya. lain kali aku
makan disini lagi deh meskipun gak ada kamu, kan nanti kamu mau pulang kampung.
mungkin aku bisa bernostalgia hahaha” candanya. “ eh abis ni kamu mau kemana?
yakin kamu mau ada acara? kalo misal gajadi ada acara, kita jalan lagi yuk?”
lanjutnya.” Gatau nih, temenku belum ngabarin sampe sekarang. aku jalan sama
kamu aja deh”. “oke, kita habisin dulu makanannya, abis tu kita berangkat ke
pantai, gimana?” Niko menawarkan. “ Oh oke ide bagus itu”
Sepanjang
perjalanan Titi mengoceh banyak hal, dia seperti penyiar radio yang tidak
berhenti menyiarkan tembang tembang kenangan. Titi terlihat bahagia karena di
hari hari terakhirnya dia bisa menghabiskan waktu menikmati kota Jogja, kota
yang penuh dengan kenangan, kota yang penuh dengan keromantisan, kota sejuta
teka teki. “ aku tadi lupa ga pake parf....” Titi belum sempat
menyelesaikan kalimatnya “ssstttt, i
love you” Niko membungkam mulut Titi dengan kalimat itu. Betapa hati Titi
berdegup kencang, dia tidak menyangka Niko mengatakan kalimat itu, dia
meyakinkan diri bahwa dia tidak akan terpengaruh untuk jatuh cinta pada cowok
itu. Tapi selama perjalanan, Titi membisu memikirkan kalimat tadi, dia memang
berbunga bunga tetapi dia menolak untuk menyadarinya, dia terlalu takut dan
gengsi mengakui hal itu.
“ayok
selfi dulu, biar aku punya fotomu” ajak Niko. cekrek cekrek cekrek. “kamu tau
gak, aku suka banget maen air di pantai, kamu yakin gamau main air? Niko
bercerita dan mengajak Titi bermain air, tetapi Titi lebih memilih untuk duduk
diatas pasir pantai yang putih, dia menunggu senja sambil memandang matahari
yang perlahan meninggalkan sinarnya. Niko berlari dari arah pantai menghampiri
Titi, menarik tangannya dan mereka saling berhadapan. Niko menggenggam tangan
Titi dengan penuh arti “ Happy Birthday Titi, semoga apa yang kamu inginkan
tercapai, semoga nanti kamu pulang kampung ingat kenangan kita, aku ingin aku
jadi kenangan terakhirmu di hari terakhirmu di Jogja. Aku Suka sama kamu, aku
sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku?” pinta Niko memohon. “sebentar,
aku kaget kamu tau ulang tahunku, trus aku juga gak nyangka kamu bakal
ngomongin ini sama aku, aku trauma sama cowok sebenernya” jawab Titi kaget.
“Titi, kamu pikir aku bego?? kan di facebook ada tanggal lahirmu. dan untuk
traumamu, semoga aku bisa mengobati trauma mu. aku janji gak akan ngecewain
kamu, aku bakal ngelamar kamu nanti biar aku bisa menjagamu. so, gimana
jawabanmu?” Niko memohon penuh harap. “ iya aku mau, aku juga suka sama kamu,
aku gak bisa bohongin perasaanku” jawab Titi malu-malu.” kita jadian nih?
yess...” Niko langsung memeluk Titi dan menggendongnya keliling pantai, betapa
bahagianya mereka, serasa pantai hanya milik mereka berdua. senja menyaksikan
kisah cinta mereka yang penuh dengan kejutan. terlihat wajah Titi merona karna
bahagia.
“kenapa
sih kita kenalnya terlambat? kenapa kamu harus pulang segala” Niko Memelas “
oke gapapa, kamu masih ada dua hari disini, setidaknya aku bisa menghabiskan
waktu sama kamu sampe waktunya kamu pulang” tambahnya
Mereka
melewati hari-hari dengan penuh kemesraan, seolah tidak akan berpisah. dan
hingga saatnya tiba dengan berat hati Titi harus pergi meninggalkan Jogja.
terlihat keduanya tidak ingin berpisah, tetapi Titi meyakinkan Niko bahwa
kepergiannya bukan untuk di tangisi, Titi meminta Niko agar segera menemuinya
dikampung halamannya. Niko mengiyakan karna dia juga tidak ingin kehilangan
wanita yang dicintainya jauh dari dekapannya. “ aku janji aku akan datang
bersama orang tuaku, aku janji kita akan bersama”. Titi tersenyum menahan air
matanya, dia memeluk Niko erat. perlahan ia melepas pelukannya dan
meninggalkannya karena dia harus segera check in. Niko memandangnya dari jauh,
dia merasa berat ditinggal Titi. perlahan air matanya jatuh, dia belum pernah
mencintai seseorang dengan cara sesingkat itu. Niko buru-buru pulang kerumah agar tidak
terlalu lama bersedih di bandara.
Ditengah
lelahnya niko setelah pulang mengantar Titi, dia menyalakan TV dan mencari
channel berita, tak disangka “Pemirsa, sebuah pesawat penerbangan Makassar
mengalami turbolensi dan beberapa penumpang dikabarkan tidak terselamatkan.
berikut daftar rincian nama korban 1) Dika 20 tahun 2)Westi 29 tahun 3) Nina 31
tahun 4) Titi 21 tahun 5) Bahri 34 tahun. demikianlah laporan dari kami.....”
mendengar kabar itu, tubuh Niko seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri, dan
dia menjatuhkan diri ke lantai
“Titiiiiiiiiii,
kenapa kamu bener bener pergi ningggalin aku. kenapa secepat ini? aku belum
sempat nepatin janji aku. apa yang harus aku lakukan jika kamu gak ada? aku
berjanji padamu kita akan bersama, kenapa tii kamu jahat. tuhan aku cinta dia,
kenapa kau ambil dia tuhan. apa dosaku terlalu banyak hingga kau tidak
mengijinkanku bahagia?” Niko menangis sejadi jadinya, dia merasa orang yang
akan menjadi teman hidupnya pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Niko
tak bersemangat lagi melewati hari-harinya, seolah tak ada tujuan hidup lagi. Sahabat-sahabatnya
merasa iba melihat Niko begitu sedih kehilangan kekasihnya. Mereka memberi
hadiah buku pada Niko tentang arti pentingnya ikhlas. dari buku tersebut Niko
belajar mengikhlaskan wanita yang dicintainya pergi dan harus terus menjalani
hidupnya dengan bijaksana. Keterpurukan tidak akan mengembalikan Titi yang
sudah pergi, hal itu hanya membuat hidupnya kacau.
Akhirnya
Niko membuka lembaran baru sebagai penulis novel, dia menceritakan kisah kisah
hidupnya di masa lalu dan dia sekarang menjadi penulis kondang yang bukunya
saat ini menjadi Best Seller.