Senin, 01 Januari 2018

Dari Jogja Ku Tinggalkan Cinta



Bunyi alarm handphone menggemuruhkan ruangan kamar kos Titi, layar handphone nya  menunjukkan jam 4 subuh, bergegas Titi mematikan bunyi alarm itu dan mengucek ngucek kedua matanya. Dia terburu buru bangun karena dia ingat dia punya kuota malam internet yang belum terpakai, dia akan memakainya untuk membuka akun facebook miliknya. Eittss, terlihat jadul sih nama facebook buat sekarang ini, tapi gak lain tujuan Titi membuka facebook adalah buat menjual barang-barang kosnya.  Dia akan segera meninggalkan kosannya tersebut buat kembali ke kampung halamannya.
                Ya Titi namanya, seorang mahasiswi yang sudah menyelesaikan masa studinya di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Kota Jogja. Dia bisa dibilang jomblo abadi, karna sudah ribuan kali cowok yang mau deketin dia tapi Titi tipe cewek yang pemilih, yang dia mau itu cowok tajir, bermobil minimal Pajero, ganteng, kece, putih, tinggi, dan satu lagi, yang pasti Sholeh. Ya bayangin aja, mana ada cowok sesempurna itu, mungkin memang ada sih di negeri dongeng. Tapi semoga dia cepat bangun dari mimpinya.
                “Tuing Tuing” bunyi pemberitahuan dari akun facebook Titi, puluhan orang mengomentari postingannya dan tidak sedikit juga yang meneleponnnya untuk menanyakan barang kos Titi. “ iya mas, kos saya di daerah Simanjuntak” jawab Titi pada si penelepon. Tidak lebih dari 2 jam sudah banyak yang mengambil barang kos Titi, tersisa galon dan lemari yang belum terjual. Seseorang mengirimkan pesan padanya
“ Mbak, Galonnya masih ada?”
 “Masih ada mas, tapi tadi sudah di keep orang, ini tinggal lemari aja”
“Oh iya mbak, saya ambil lemarinya ya, jangan dijual sama yang lain ya mbak, nanti saya pulang kerja saya ambil, mungkin agak sorean mbak saya kekosan mbak ambil lemarinya”
“ok mas”
Percakapan mereka berakhir sampai disitu, Titi menunggunya hingga malam, dia sudah mulai malas malasan menunggu pembeli itu, dia yakin kalau cowok itu cuma PHP mau membeli lemarinya.
                “Mbak saya didepan kosan mbak”, dengan segera Titi membuka gerbang kosan dan mempersilahkan si cowok itu masuk untuk melihat lemari, dan ternyata dia deal dan diambilnya lemari itu. Mereka sedikit mengobrol basa basi, “Berarti mbak sekarang udah gak ada kegiatan sebelum pulang kampung? boleh aku ajak jalan berarti”. Titi mengerutkan kening berpikir ini bukan tipenya banget. Dia gak suka dirayu apalagi baru pertama kenal. Dia hanya diam dan tersenyum. Cowok itupun meninggalkan kosan dengan membawa lemari. Setiap hari cowok itu menghubungi Titi entah itu sekedar menyapa lewat chat maupun telepon. Entah angin apa yang menghempas di pikirannya sehingga mau meladeni cowok itu. “ Gue jangan sampe mau diajak ketemu sama ini cowok, keliatan mukanya suka modusin cewek dimana mana” gerutu nya pelan.
“Met pagi Titi”
“iyaa”
“lagi apa? nanti siang jalan yuk?”
“liat nanti ya, aku kabarin”
“ok, aku tunggu kamu”
                Titi dan cowok itu berhenti di sebuah cafe, mereka memesan minuman dan mengobrol. Mereka membahas hal-hal yang tidak penting. Ya namanya juga baru pertama ketemu. setelah bosan di cafe tersebut, mereka akhirnya pergi ke suatu tempat, tapi sebelum berangkat tiba-tiba “hahahaha, ternyata kamu bawa bekal sisir ya?” Titi tertawa menahan geli karna baru pertama liat cowok bawa sisir. “hehe iya eh ketauan” jawab Niko (O iya nama cowok itu Niko, seorang mahasiswa jurusan Hukum asal Bandung). Sejak kejadian itu mereka mulai sering becanda, sering terlontar guyonan yang membuat mereka semakin akrab. Niko membawa Titi ke sebuah bukit, mereka menghabiskan waktu dengan menunggu sunset. Titi merasakan kedamaian saat senja datang. Selama perjalanan pulang dia berpikir apakah dia akan bertemu cowok itu lagi, dan dia berharap tidak akan bertemu lagi karna dia tidak ingin jatuh hati dengannya. Saat sudah sampai di kamarnya, dia bergegas siap siap untuk pergi tidur.
                Titi bukannya tidak mau mencoba membuka hati, tetapi dia punya pengalaman pahit semasa dia sekolah. Dia pernah hampir diperkosa oleh kakak kelasnya, Titi sangat akrab dengannya, tetapi dia dijebak saat hendak pergi ke kebun belakang sekolah sepulang dia sekolah. Mengingat kenangan pahit semasa sekolah itu, Titi merasa takut untuk menjalin hubungan, itulah kenapa Titi membuat kriteria cowok terlalu tinggi dan perfeksionis. Dia hanya menunda nunda agar dia bisa menemukan orang yang benar benar tulus mencintainya dan bisa menjaga kepercayaannya karna trauma yang dialaminya begitu mendalam.
                “Kriiing kriiinggg, kriiing kriiingg” bunyi telepon dari Niko “halo, iya Nik. ada apa?””nanti kamu sibuk gak?” “duh aku gatau nanti, aku sore banyak jadwal sebenernya” “yauda nanti aku makan siang di deket kosanmu, kamu harus ikut pokoknya” “hah?? iya deh”
“ aku didepan, gausa dandan terlalu cantik. Cuma makan di warteg kok haha” isi chat dari Niko
“okay bos”
                Titi mengajak Niko ke tempat makan yang lumayan sejuk udaranya. “Kamu kok makan siang jauh amat nyampe kosanku?” tanya Titi heran, “ya iyalah, makan itu modus, biar bisa ketemu kamu. kan kamu bilang sore ada acara, jadi sebelum kamu pergi aku harus ketemu kamu dulu” jelas Niko. “hehe iya deh, modusmu berhasil. by the way kamu suka gak tempatnya kita makan disini? sejuk kan gak panas?” tanya Titi, “ iya kamu pas banget ajak aku kesini, aku suka tempatnya. lain kali aku makan disini lagi deh meskipun gak ada kamu, kan nanti kamu mau pulang kampung. mungkin aku bisa bernostalgia hahaha” candanya. “ eh abis ni kamu mau kemana? yakin kamu mau ada acara? kalo misal gajadi ada acara, kita jalan lagi yuk?” lanjutnya.” Gatau nih, temenku belum ngabarin sampe sekarang. aku jalan sama kamu aja deh”. “oke, kita habisin dulu makanannya, abis tu kita berangkat ke pantai, gimana?” Niko menawarkan. “ Oh oke ide bagus itu”
                Sepanjang perjalanan Titi mengoceh banyak hal, dia seperti penyiar radio yang tidak berhenti menyiarkan tembang tembang kenangan. Titi terlihat bahagia karena di hari hari terakhirnya dia bisa menghabiskan waktu menikmati kota Jogja, kota yang penuh dengan kenangan, kota yang penuh dengan keromantisan, kota sejuta teka teki. “ aku tadi lupa ga pake parf....” Titi belum sempat menyelesaikan  kalimatnya “ssstttt, i love you” Niko membungkam mulut Titi dengan kalimat itu. Betapa hati Titi berdegup kencang, dia tidak menyangka Niko mengatakan kalimat itu, dia meyakinkan diri bahwa dia tidak akan terpengaruh untuk jatuh cinta pada cowok itu. Tapi selama perjalanan, Titi membisu memikirkan kalimat tadi, dia memang berbunga bunga tetapi dia menolak untuk menyadarinya, dia terlalu takut dan gengsi mengakui hal itu.
                “ayok selfi dulu, biar aku punya fotomu” ajak Niko. cekrek cekrek cekrek. “kamu tau gak, aku suka banget maen air di pantai, kamu yakin gamau main air? Niko bercerita dan mengajak Titi bermain air, tetapi Titi lebih memilih untuk duduk diatas pasir pantai yang putih, dia menunggu senja sambil memandang matahari yang perlahan meninggalkan sinarnya. Niko berlari dari arah pantai menghampiri Titi, menarik tangannya dan mereka saling berhadapan. Niko menggenggam tangan Titi dengan penuh arti “ Happy Birthday Titi, semoga apa yang kamu inginkan tercapai, semoga nanti kamu pulang kampung ingat kenangan kita, aku ingin aku jadi kenangan terakhirmu di hari terakhirmu di Jogja. Aku Suka sama kamu, aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku?” pinta Niko memohon. “sebentar, aku kaget kamu tau ulang tahunku, trus aku juga gak nyangka kamu bakal ngomongin ini sama aku, aku trauma sama cowok sebenernya” jawab Titi kaget. “Titi, kamu pikir aku bego?? kan di facebook ada tanggal lahirmu. dan untuk traumamu, semoga aku bisa mengobati trauma mu. aku janji gak akan ngecewain kamu, aku bakal ngelamar kamu nanti biar aku bisa menjagamu. so, gimana jawabanmu?” Niko memohon penuh harap. “ iya aku mau, aku juga suka sama kamu, aku gak bisa bohongin perasaanku” jawab Titi malu-malu.” kita jadian nih? yess...” Niko langsung memeluk Titi dan menggendongnya keliling pantai, betapa bahagianya mereka, serasa pantai hanya milik mereka berdua. senja menyaksikan kisah cinta mereka yang penuh dengan kejutan. terlihat wajah Titi merona karna bahagia.
                “kenapa sih kita kenalnya terlambat? kenapa kamu harus pulang segala” Niko Memelas “ oke gapapa, kamu masih ada dua hari disini, setidaknya aku bisa menghabiskan waktu sama kamu sampe waktunya kamu pulang” tambahnya
                Mereka melewati hari-hari dengan penuh kemesraan, seolah tidak akan berpisah. dan hingga saatnya tiba dengan berat hati Titi harus pergi meninggalkan Jogja. terlihat keduanya tidak ingin berpisah, tetapi Titi meyakinkan Niko bahwa kepergiannya bukan untuk di tangisi, Titi meminta Niko agar segera menemuinya dikampung halamannya. Niko mengiyakan karna dia juga tidak ingin kehilangan wanita yang dicintainya jauh dari dekapannya. “ aku janji aku akan datang bersama orang tuaku, aku janji kita akan bersama”. Titi tersenyum menahan air matanya, dia memeluk Niko erat. perlahan ia melepas pelukannya dan meninggalkannya karena dia harus segera check in. Niko memandangnya dari jauh, dia merasa berat ditinggal Titi. perlahan air matanya jatuh, dia belum pernah mencintai seseorang dengan cara sesingkat itu.  Niko buru-buru pulang kerumah agar tidak terlalu lama bersedih di bandara.
                Ditengah lelahnya niko setelah pulang mengantar Titi, dia menyalakan TV dan mencari channel berita, tak disangka “Pemirsa, sebuah pesawat penerbangan Makassar mengalami turbolensi dan beberapa penumpang dikabarkan tidak terselamatkan. berikut daftar rincian nama korban 1) Dika 20 tahun 2)Westi 29 tahun 3) Nina 31 tahun 4) Titi 21 tahun 5) Bahri 34 tahun. demikianlah laporan dari kami.....” mendengar kabar itu, tubuh Niko seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri, dan dia menjatuhkan diri ke lantai
                “Titiiiiiiiiii, kenapa kamu bener bener pergi ningggalin aku. kenapa secepat ini? aku belum sempat nepatin janji aku. apa yang harus aku lakukan jika kamu gak ada? aku berjanji padamu kita akan bersama, kenapa tii kamu jahat. tuhan aku cinta dia, kenapa kau ambil dia tuhan. apa dosaku terlalu banyak hingga kau tidak mengijinkanku bahagia?” Niko menangis sejadi jadinya, dia merasa orang yang akan menjadi teman hidupnya pergi meninggalkannya untuk selamanya.
                Niko tak bersemangat lagi melewati hari-harinya, seolah tak ada tujuan hidup lagi. Sahabat-sahabatnya merasa iba melihat Niko begitu sedih kehilangan kekasihnya. Mereka memberi hadiah buku pada Niko tentang arti pentingnya ikhlas. dari buku tersebut Niko belajar mengikhlaskan wanita yang dicintainya pergi dan harus terus menjalani hidupnya dengan bijaksana. Keterpurukan tidak akan mengembalikan Titi yang sudah pergi, hal itu hanya membuat hidupnya kacau.
                Akhirnya Niko membuka lembaran baru sebagai penulis novel, dia menceritakan kisah kisah hidupnya di masa lalu dan dia sekarang menjadi penulis kondang yang bukunya saat ini menjadi Best Seller.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar